Minggu, 31 Oktober 2010

Mengapa Terdapat Perbedaan Selera Musik

Dunia ini diciptakan tuhan bagaikan kumpulan nada-nada yang diharmonikan di dalam satu symphony yang selaras, seimbang dan sempurna. Penyatuan unsur-unsur kehidupan membutuhkan waktu yang lama. Unsur-unsur kehidupan tersebut memiliki warna yang berbeda-beda selayaknya hati dan kesenangan manusia yang berbeda-beda pula. Kesenangan akan sesuatu di dapat dari sebuah proses yang berbeda-beda oleh setiap manusia, hal ini menyebabkan terdapat perbedaan pandangan akan sesuatu yang dianggap menyenangkan, termasuk di dalamnya musik.
Bila berbicara mengenai perbedaan mengenai kesenangan seseorang mengenai musik maka akan lebih baik memandangnya dari beberapa sudut. Kita akan mengawali dari sudut filsafat yang melihat pengalaman akan keindahan akan berpengaruh terhadap kesan estetis yang ditangkap oleh seseorang, pada area ini kesan estetis tersebut berasal dari sebuah musik. Dalam area ini pemahaman mengenai musik berbeda karena setiap manusia mempunyai pengalaman yang berbeda-beda mengenai musik yang pernah di dengar oleh dirinya. Dari pernyataan tersebut, pengalaman mendengarkan musik menjadi aspek yang penting untuk memperlebar kesenagan manusia akan suatu musik.
Pengalaman mengenai musik dapat dimulai sejak manusia masih di dalam kandungan seorang ibu lalu dilanjutkan saat ia lahir ke dunia. Saat masih di kandungan dan baru saja lahir (bayi), manusia sangat sensitif dengan lagu-lagu yang memiliki komposisi yang sempurna selayaknya shymphony. Banyak orang beranggapan bahwa musik klasik adalah musik yang cocok di denggarkan manusia saat mereka masih kecil dan balita. Saat sejak kandungan dan balita bila telinga manusia telah terbiasa mendengaran melodi-melodi maka hal itu akan mempermudah manusia untuk menyukai musik kedepannya. Saat manusia berkembang menjadi anak-anak, jiwa adaptif mereka berkembang dengan cepat, apapun yang di dengarnya akan masuk ke dalam otak dan berpengaruh terhadap persepsi dia akan sebuah musik. Pada taraf ini, orang-orang terdekatnya seperti orang tua sangat berpengaruh terhadap pengalaman estetis mengenai musik sang anak.sederhananya saja, bila orang tua kita suka mendengarkan musik jazz di rumah, maka secara tidak langsung sang anak juga mendengarkannya, dan ini menciptakan kesan pengalaman di diri sang anak mengenai musik yang berjenis jazz tersebut, sehingga kesenangan dan kesukaan jenis musik jazz muncul.
Saat beranjak remaja, hasrat manusia untuk menemukan hal-hal baru membumbung tinggi. Dan biasanya rasa untuk mencari sesuatu yang baru dan yang cocok pada dirinya sangat dipengaruhi dari seberapa besar orang tua mempengaruhi pengalaman musik mereka saat masih anak-anak. Bila pengaruh yang ditanam oleh orang tua sudah sangat besar, sang anak yang beranjak remaja pun akan mencari hal-hal yang berhubungan dengan apa yang diberikan orangtua mereka. Dan bila pengaruh tidak terlalu besar, maka mereka akan mencari hal-hal baru yang bisa mereka dapatkan di luar lingkungan rumah, seperti teman, radio, internet, dan televisi.
Proses pengalaman mengenai musik saat mereka beranjak dari remaja ke dewasa akan menjadi tonggak pertama pendirian mereka mengenai musik. Bila pengalaman keindahan yang mereka dapat dari musik-musik yang mereka dengar itu datar-datar saja, maka kecintaan dan kesenangan mereka akan suatu musik pun akan biasa-biasa saja. Hal ini terbalik bagi mereka yang mampu dan bisa mendapatkan pengalaman-pengalaman estetis musik. Saat masa itu sense mengenai bagaimana musik dirasakan sudah mulai tumbuh, dan mereka bisa merasakan jiwa mereka menyatu dengan musik, bahkan lebih jauh lagi menganggap bahwa hidup mereka tidak bisa dipisahkan dari musik. Ada suatu kemungkinan perbedaan hal ini bisa berdampak dari kepekaan mereka mengenai musik yang bagus secara kualitas. Bagi mereka yang tidak dapat merasakan pengalaman-pengalaman estetis secara mendalam, maka ada kemunkinan mereka hanya dapat merasakan dan menikmati musik-musik mainstream atau populer. Tetapi sebaliknya bagi mereka yang dapat merasakan pengalaman-pengalaman estetis tersebut secara mendalam dan menjadikan musik sebagai bagian hidupnya maka mereka dapat mendengarkan dan menikmati musik-musik yang segmented yang biasanya musik-musik tersebut memiliki nilai-nilai estetis yang lebih besar di dalamnya.

Pendalaman Pengertian Musik

Dalam bagian ini, penulis hanya ingin menuangkan pemikiran penulis akan arti sebuah musik. Musik adalah sesuatu yang sebenarnya abstrak untuk dijelaskan kepada seseorang. Musik memiliki ciri-ciri sama seperti keyakinan yang ada di hati manusia, hal ini dikarenakan untuk memahami arti musik itu sendiri, manusia tersebut harus berani tercebur lebih dalam ke dalam musik dan menjadikan musik sebagai bagian dari hidupnya yang tak terpisahkan dan ketertarikan yang besar mengenai musik. Pendefinisian mengenai musik tidak dapat digenarilasikan karena alsan tersebut karena didasarkan seberapa besar ia meyakini musik. Bila sang manusia memahami musik sebagai hal yang di dengar saja (biasa-biasa saja) mungkin pernyataan konsep dasar mengenai apa itu suara apa itu nada dan sebagainya bisa menjawabnya. Berbeda bila sang manusia telah meyakini bahwa musik adalah bagian dari hidupnya, maka jawaban dari apa itu musik akan lebih dalam lagi menuju arti hakiki dan meminta pemikiran-pemikiran filsafat mengenai musik.
Bila merujuk pada pertanyaan mengapa musik itu ada di kehidupan manusia, kita dapat merujuk kembali kepada tujuan dan mamfaat musik itu diciptakan dan ada. Karena musik merupakan bagian dari seni, maka  kita dapat mengarahkan jawaban dari pertanyaan ini kesana.  Dari peninjauan daftar pustaka yang saya dapatkan dari sebuah seni dari Modul 1 Pengertian Kebudayaan dan Seni – Guruvalah (http://guruvalah.20m.com) ditemukan bahwa seni memiliki beberapa fungsi dan tujuan sebagai berikut:
a. Fungsi Religi/Keagamaan
musik dapat berperan untuk kepentingan keagamaan dan beribadah, seperti yang dilakukan oleh kaum nasrani. Musik pun sering digunakan sebagai pengiring upacara-upacara adat. Adapun pada awal mula lahirnya musik klasik, komposer ternama Bach, banyak menciptakan karya-karya untuk gereja dan dikhususkan untuk tuhan.
b. Fungsi Pendidikan
musik dapat digunakan untuk memberikan pendidikan seni bagi anak-anak. Labih jauh lagi musik dapat menjadi pengiring dan pemacu perkembangan otak anak.
c. Fungsi Komunikasi
ini adalah salah satu bagian terpenting dari sebuah musik. Musik dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi  seperti penyampaian pesan, kritik, gagasan dari si seniman kepada masyarkat. Bahkan musik dapat dipakai sebagai media pengenalan sebuah produk (dalam iklan) oleh sebuah perusahaan.
d. Fungsi Rekreasi dan Hiburan
musik tentu saja disukai banyak orang karena mereka dapat melepaskan kejenuhan mereka di dalam musik dan musik pun dapat menjadi media penghibur.
Dari keempat fungsi dan tujuan tersebut, terdapat satu area yang menarik untuk ditindaklanjuti, karena biasanya satu area tersebut memiliki besaran yang berbeda-beda di masing-masing manusia. Area tersebut adalah fungsi rekreasi dan hiburan. Di dalam fungsi ini tentu saja terdapat suatu kesenangan ataupun kebahagiaan manusia mengenai musik yang bisa membuat manusia mengatakan bahwa musik itu menghibur. Dari area ini pulalah  pengetian musik bagi setiap orang akan berbeda-beda. Seberapa besar ia bisa menikmati musik sebagai suatu fungsi rekreasi dan hiburan akan mempengaruhi keyakinan dirinya akan musik di hidupnya. Semakin besar kenikmatan yang bisa ia nikmati dari musik akan membuat keyakinan dirinya akan begitu besarnya makna musik di dalam dirinya.

Pengertian Musik

Sebelum saya mengutarakan pendapat saya mengenai musik, ada baiknya kita menengok pendapat-pendapat para ahli.
Musik dalam artian yang luas dikatakan sebagai suara yang terorganisir. Levinson (273:1990)  kemudian menyebut musik sebagai suara yang harus diorganisasikan dengan tujuan untuk memperkaya atau memperluas pengalaman melalui suatu aktivitas yang mengikat (seperti mendengar, menari, dan pertunjukkan) dengan suara sebagai elemen utamanya, atau apapun yang secara signifikan dapat diukur sebagai suara. Dengan artian sebagai alat untuk memperkaya atau memperluas pengalaman ini, musik memiliki hakekat sebagai media untuk mengungkapkan ekspresi diri dari seorang pencinta musik.
Adapun pengertian yang didapat dari Wikipedia dan http://www.diepunx.co.cc mengatakan bahwa bunyi yang diterima oleh individu  berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Untuk mamahami musik lebih dalam, saya akan mengajak anda untuk mengetahui teori-teori dasar mengenai musik yang nanti akan berguna sebagai dasar pemikiran kita mengenai musik.
Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur Musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun menggubah musik, dan keterkaitan antara Notasi Musik dan pembawaan musik.
Hal-hal yang dipelajari dalam teori musik mencakup misalnya suara, nada, notasi, ritme, melodi, Kontrapun Musik, harmoni, Bentuk Musik, Teori Mencipta Lagu, dlsb.
Suara
Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).
Nada
Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.
Ritme
Pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).
Melodi
Serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).
Harmoni
Secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.
Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.
Pitch
Suara dapat diklasifikasikan dalam beberapa Pitch (titi nada), berdasarkan frekuensinya atau jarak yang mengacu pada pitch. Pengaturan adalah suatu proses yang dilakukan untuk not titi nada itu. Perbedaan pitch antara dua not disebut dengan interval.
Timbre
Dalam musik, Timbre adalah kualitas dari suara yang mencirikan seseorang dengan orang yang lain yang sesuai dengan spektrum suara.
World Music
Jenis musik yang menggabungkan antara western dan non-western-music. World Music berkembang sejak komponis Claude Debussy memboyong gamelan jawa ke Paris pada tahun 1889 untuk meramaikan perayaan 100 Tahun Revolusi Prancis. Pada umumnya orang mengenal istilah World Music sebagai gabungan musik etnik setempat dengan western-music atau musik (dari) barat.
Refrain
Bentuk pengulangan musik dalam sajak/syair. Penggunaan Refrain selalu dihubungkan dengan musik populer, terutama Rock n Roll, dimana sebuah lagu/musik yang berstruktur Verse-Chorus-Verse dalam tiap nyanyian. Dalam musik Refrain mempunyai dua bagian, yang berhubungan dengan lirik lagu dalam sebuah nyanyian dan nyanyian itu sendiri. Kadang Refrain memilliki kata yang berulang-ulang.

Untuk pendapat selanjutnya penulis mengambil pandangan lainnya yang dikeluarkan oleh Indra Suherjanto S.Pd dalam tulisannya yang berjudul Musik dan Teater (http://www.scribd.com/doc/4632840/musik). Dalam tulisannya tersebut ia mengutarakan beberapa pengetahuan dan pemikirannya mengenai musik. Musik dikenal sebelum 550 tahun sebelum Masehi, bahkan jaman Yunani orang sudah menggunakan musik sebagai terapi. Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama/ musik. Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki irama khusus. Belahan otak kanan menunjukan aktivitas kerja ketika diperdengarkan musik. Reaksi yang diperlihatkan otak tergantung dengan jenis musik yang mempengaruhinya. Semua sistem dalam tubuh manusia itu sesungguhnya dijalankan oleh suatu irama tubuh yang sangat teratur dan mengikuti pola tertentu. Sebagai contoh : Irama denyut jantung dan nadi, aliran nafas, langkah kaki, kedipan mata, cara bicara, bahasa dan hal-hal lainnya. Semua ini merupakan irama musik alamiah yang diciptakan Tuhan.
Bunyi bunyian suara alam (bunyi suara angin, hujan, aliran air, ombak, jangkrik dan lain-lain) dan lagu - lagu klasik dapat membuat perasaan menjadi lebih tenang. Saat jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dan dapat menimbulkan rasa nikmat sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat dan lebih sehat.
Definisi musik Semua orang bisa saja mendefinisikan musik. Apapun definisi mereka kira- kira semua benar dan sah-sah saja. Masing-masing orang akan punya pengalaman tentang musik sehingga sudut pandang mereka bermacam-macam. Pengalaman, lingkungan, keturunan akan membentuk seseorang dekat dengan musik apa. Musik dan manusia sangatlah dekat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa hidup ini ibarat musik. Ada yang menyebutkan Bethoven mencipta musik sebagai pancaran daya hidup, pancaran kristalisasi yang dilahirkan integritas dan totalitas.
Daftar pustaka:
Levinson, J. 1990. "The Concept of Musik", Musik, Art, and Metaphysics. Ithaca, NY: Cornell University Press. Hal. 273
Indra Suherjanto, Musik dan Teeater, http://www.scribd.com/doc/4632840/musik
wikipedia

Jumat, 29 Oktober 2010

Keindahan dan karya Seni

Di dalam dunia ini, rasa tentang keindahan dapat tercipta dari pengalaman kita mengenai keindahan yang beraal dari alam ataupun objek buatan manusia seperti sebuah karya seni. Tak jarang manusia yang memamfaatkan karya-karya seni buatan manusia untuk mencari dan mengabadikan keindahan yang dapat menenangkan atau menghibur dirinya. Oleh karena itu karya seni tidak dapat dipisahkan dari manusia yang mencari dan mengabadikan keindahan.
Penulis mengambil berbagai konsep dan pengertian penting dari sebuah seni dari Modul 1 Pengertian Kebudayaan dan Seni – Guruvalah (http://guruvalah.20m.com) menyatakan bahwa Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata "sani" yang artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Dalam bahasa Inggris dengan istilah "ART" (artivisial) yang artinya adalah barang atau karya dari sebuah kegiatan.
Konsep seni terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. Beberapa pendapat tentang pengertian seni:
a.       Ensiklopedia Indonesia : Seni adalah penciptaan benda atau segala hal yang karena kendahan bentuknya, orang senang melihat dan mendengar
b.      Aristoteles : seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu,
c.       Ki Hajar Dewantara : seni adalah indah, menurutnya seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya,
d.      Akhdiat K. Mihardja : seni adalah kegiatan manusia yang merefleksikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani sipenerimanya.
e.      Erich Kahler : seni adalah suatu kegiatan manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan symbol atau kiasan tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia besar”.
Cabang-cabang Seni :
Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok : seni rupa, seni pertunjukan, dan seni sastra.

No
Cabang Seni
Bentuk Media
Indera Penikmat
Matra
1
Rupa
Benda
Penglihatan, peraba
2 dimensi atau 3 dimensi
2
Sastra
Tulisan
Penglihatan
2 Dimensi
3.
Musik
Suara, Benda, Manusis, Gerak proses
Pendengaran, penglihatan
Waktu
3 dimensi
4
Tari
Tubuh manusia, gerak, musik
Penglihatan, pendengaran
Waktu
3 Dimensi
5
Teater
Manusia, benda?alam, akting, adegan, suara/ musik
Penglihatan, pendengaran
Waktu
3 Dimensi


Sifat Dasar Seni
Terdapat 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (The Liang Gie, 1976) yang meliputi :
1.       Sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.
2.       Sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, Subyektif dan individual.
3.       Nilai ekspresi atau perasaan. Dalam mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.
4.       Keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu.
5.       Semesta atau universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak jaman pra sejarah hingga jaman modern ini orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.

Struktur Seni
The Liang Gie (1976) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian terdapat unsur-unsur yang membangun karya seni sebagai berikut:
a.       Struktur seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang membentuk suatu kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni dalam bidang seni rupa adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur. Bidang seni musik adalah irama dan melodi. Bidang seni tari adalah wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni teater adalah gerak, suara dan lakon.
b.       Tema merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan subject matter (pokok soal) dan judul karya. Pokok soal dapat berhubungan dengan niat estetis atau nilai kehidupan, yakni berupa: objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa yang metafora atau alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan kritik.
c.       Medium adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi suatu karya seni melalui pemanfaatan material atau bahan dan alat serta penguasaan teknik berkarya. Tana medium tak ada karya seni.
d.      Gaya atau style dalam karya seni merupakan ciri ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya. Menurut Soedarso SP (1987), gaya adalah ciri bentuk luar yang melekat pada wujud karya seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi karya seni yang merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menanggapai sesuatu.

Kamis, 28 Oktober 2010

Keindahan Dalam Filsafat

Estetika dalam keindahan sering tidak terpikirkan oleh beberapa orang, tetapi sebenarnya terdapat suatu makna dan proses terciptanya sebuah keindahan atau estetika di dalam diri manusia yang menarik untuk diketahui. Untuk membuka tabir mengenai keindahan, saya akan memberikan penjelasan-penjelasan yang di ambil dari buku Estetika dan Filsafat Keindahan karya Dr. Mudji Sutrisno SJ dan Prof. Dr. Christ Verhaak SJ. Di dalam penjelasan dibawah ini akan mengupas arti dan perkembangan estetika dari Zaman Yunani Kuno hingga masa modern. Selain itu terdapat pemaparan mengenai pendekatan estetika dan refleksi filsafati mengenai keindahan.
Dalam filsafat keindahan “pengalaman estetis” menurut pandangan fenomenologi merupakan pengalaman estetis tentang sesuatu. Ada beberapa unsur-unsur pokok dalam pengalaman estetis. Adapun beberapa syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum sesuatu dikatakan indah, untuk mendapatkan kesan indah atau menangkap sesuatu keindahan perlu adanya waktu luang atau waktu senggang untuk mendapatkan pengalaman estetis. Untuk mendapatkan pengalaman estetis keadaan seseorang harus tidak dalam keadaan terlalu kaya ataupun keadaan sangat miskin.
Ada beberapa syarat untuk mendapatkan pengalaman estetis sejati, pengalaman estetis sejati harus didasarkan pada pengamatan inderawi, dan seluruh aspek di dalam manusia harus ikut dalam pengamatan tersebut seperti jiwa raga dengan segala indera dan kemampuan-kemampuan lainnya, bagaikan terikat dan terpikat hatinya. Pengalaman estetis tersebut tidak dapat langsung disampaikan atau diberikan kepada orang lain, selayaknya bahwa pengalaman keindahan itu tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Dan pengalaman keindahan tersebut hanya berkembang pada dalam dirinya sendiri. Diri individu yang memiliki pengalaman keindahan hanya dapat membantu orang lain atau temannya untuk memperoleh pengalaman indah yang serupa.
Saat seniman memciptakan sesuatu untuk mengabadikan pengalaman keindahannya secara sempurna dan sama persis, maka mungkin pengalaman estetika tersebut telah berakhir. Tetapi hal ini jarang ditemukan, bahwa sang seniman puas dengan karyanya sebagai bentuk cerminan dari pengalaman keindahannya. Oleh karena itu pengalaman keindahan memang sangat sulit dicerminkan dan si seniman hanya menciptakan suatu karya seni yang digunakan untuk membantu orang lain untuk mendapatkan pengalaman keindahan yang sama yang ada di dalam dirinya sehingga karya seni yang dibuatnya memiliki nilai-nilai estetis.
Bila dilihat dari perkembanga filsafat mengenai keindahan atau estetika, tentu saja banyak pakar yang mengemukakan pendapat mereka menggenai estetika.
1.    Plato (428-348)
Pandangan Plato tentang keindahan dibagi menjadi dua. Menurut pandangan pertama, yang indah adalah benda material, umpamanya tubuh manusia, tampak pada saya, lebih jauh lagi yang lebih indah daripada itu adalah jiwa lalu yang paling indah adalah idea yang indah. Adapun pandangan kedua, bahwa yang indah dan sumber segala keindahan adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana, warna yang sederhana.

2.    Aristoteles (384-322)
Pandangan keindahan Aristoteles agak dekat dengan pandangan kedua Plato, keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran, yakni ukuran material. Pandangan ini berlaku untuk benda-benda alam maupun untuk karya seni buatan manusia.
3.    Plotinos(205-270)
Dia memiliki pemikiran tentang keindahan berangkat dari kenyataan duniawi yang kita saksikan dan yang kita alami sehari-hari. Keindahan itu dapat ditemukan baik dalam keadaan terlihat maupun yang terdengar, bahkan dalam watak dan tingkah laku manusia. Platinos mendekatkan pengalaman estetis dengan pengalaman religius.
4.    Thomas Aquinas (1225-1274)
Rumusan thomas yang terkenal adalah: “keindahan berkaitan dengan pengetahuan, kita menyebut sesuatu itu indah jika sesuatu itu menyenangkan mata sang pengamat”. “keindahan harus mencakup tiga kualitas: integritas atau kelengkapan, proporsi, atau keselarasan yang benar dan kecemelangan”. Disini peranan objek keindahan nampak mencolok. Adapun kutipan yang lain, “keindahan terjadi jika pengarahan di subyek muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi. Thomas mengajukan peranan dan rasa si subyek dalam proses terjadinya keindahan. Ia menggarisbawahi betapa pentingnya pengetahuan dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
5.    Masa modern
Pada masa modern, keindahan banyak dilihat dari pandangan para seniman dan rasionalitas yang terdapat di dalam keindahan tersebut. Menurut Leon Battista Alberti, untuk menikmati keindahan karya seni, haruslah dapat mengamati keselarasannya dan dituntut memiliki “cita rasa keindahan”.

Dalam bagian selanjutnya, saya akan mencoba menggamarkan dengan singkta dan jelas mengenai proses terciptanya rasa keindahan di dalam di ri manusia. Di dalam estetika dikenal 2 pendekatan:
a.    Langsung meneliti keindahan itu dalam obyek-obyek atau benda-benda atau alam indah serta karya seni.
b.    Menyoroti situasi kontemplasi rasa indah yang sedang dialami oleh si subyek (pengalaman keindahan dalam diri seseorang).
Para pemikir modern cenderung  memberi perhatian pada yang kedua (pengalaman keindahan). Dalam diri kita muncul reaksi-reaksi yang pusatnya alam rasa lalu menggumpal atau membekas dalam pengalaman-pengalaman. Clive Bell mempunyai credo bahwa “estetika akan berangkat dari pengalaman pribadi yang berupa rasa khusus dan istimewa”. Clive Bell merumuskan dictum estetikanya bahwa “keindahan (apa itu keindahan) hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri punya pengalaman yang bisa mengenali wujud bermakna dalam satu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau ranggsangan keindahan.
Terdapat ciri pengalaman estetis sejati, pengalaman estetis ternyata berdasarkan pengalaman inderawi, sekaligus seluruh manusia ikut terbawa oleh pengamatan itu, jiwa raga, dengan segala indera dan kemampuan-kemampuan lainnya; bagaikan terikat dan terpikat hatinya. Perlu adanya waktu luang untuk mendapatkan pengalaman estetis tersebut.
Dalam rangka sejarah filsafat keindahan terdapat pertanyaan yang muncul apakah keindahan tersebut merupakan suatu kesempurnaan seperti halnya kebaikan dan kebenaran. Pengalaman estetis sesungguhnya terletak seperti diluar asas-asas kebenaran dan diluar penilaian berdasarkan kebaikan yang dianut dalam dunia ilmu dan kesusilaan. Pengalaman estetis merupakan sesuatu yang menyangkut pengalaman manusia di dunia ini dan tentang dunia ini, dengan menjauhkan diri dari tindakan dan kegiatan yang mengejar salah satu tujuan dan bersifat jasmani-rohani.

Dalam bagian terakhir dalam resume ini akan dijelasakan mengenai Refleksi Filsafati mengenai Keindahan. Pada bagian ini, memang agak berat dan sulit untuk dimengerti.
Terdapat dua titik pendalaman filsafatnya dari paparan pengalaman-pengalaman estetis. Pertama, bahwa pengalaman estetika berkaitan dengan soal perasaan. Kedua, ada hubungan antara indah dengan huruf kecil dan indah dengan huruf besar.
Pengalaman akan yang indah berhubungan dengan sang sumber keindahan. Fenomenologi malahan menunjuk kesejajaran antara pengalaman estetika dengan pegalaman akan yang ilahi. Pengalaman tentang keindahan dan yang indah itu bersifat naif dan mendua (ambigu) seperti ciri khas perasaan (afeksi, rasa) itu sendiri. Dari penjelasan psikologis dan fenomenolgi dapat dipaparkan apa itu makna dan prosesnya.
Pertama, Perasaan itu merupakan salah satu pembahasan, pemberian kata, pemberian arti pada jagad dan ke-ada-an kita. Salah satu ciri perasaan itu: total (menyeluruh) tuntas dan mutlak. Bila saya bahagia , ayun langkah dalam hidup juga terang, cara memandang kita juga jelas benderang. Bila saya susah, realitas di luar selalu mendung. Bila kecewa hancur, seluruh hidup juga gagal tak bermakna. Ciri total, tuntas mutlak dari perasaan amat terlihat pada pengalaman asmara: kesatuan tubuh menjadi kulminasi semua nilai dari seluruh jagad. Dengan perasaanlah yang memungkinkan orang masuk ke dalam jagad yang religius
Kedua, perasaan merupakan media untuk menanggapi realitas secara langsung. Dengan afeksi orang dibawa keluar dari dirinya dan diarahkan ke dunia. Afeksi memang sebuah fenomen keterarahan (intensionalitas). Bila afeksi senada dengan kehidupan dunia maka dirinya pun akan bahagia, tetapi bila tidak senada maka dirinya akan merasakan kesedihan karena dirinya akan merasa seperti ada jarak, asing, sepi, dan susah. Dengan perasaan orang mengalami dunia dengan ciri-cirinya, sifat-sifatnya dan nilai maknanya langsung.
Ketiga, afeksi itu lebih berciri menerima dan dikenai daripada aktif memulai (lain dengan kehendak yang aktif dan memutuskan). Manusia dikenai, mau tak mau juga dikuasai oleh rasanya. Agar rasa yang reseptif itu menjadi kegiatan yang kreatif, ia perlu digerakan. Kreatifitas muncul setelah seseorang merasakan rasa tersebut. Pengucapan rasa ini lalu diwujudkan dengan bahasa.


Daftar Pustaka

Sutrisno, Fx. M. dan Verhaak, C. Estetika dan Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisinus, 1993.
 

About Me

Foto saya
orang yang unik dan tidak menyukai hal-hal yang berbau mainstream